Berpikir
oleh Yoko Susanto
Teknik Industri'10
Sekelompok wisatawan tertahan di
suatu tempat asing di luar kota. Mereka hanya menemukan bahan makanan yang
kedaluwarsa. Karena lapar, mereka terpaksa menyantapnya, meskipun sebelumnya
dicobakan dulu kepada seekor anjing yang ternyata menikmatinya dan tak terlihat
efek sampingnya.

Apa yang menarik dari cerita di
atas? Ternyata kita bereaksi menurut apa yang kita pikirkan, bukan berdasarkan
kenyataan itusendiri. We see the world
as we are, not as it is.
Akar segala sesuatu
adalah cara kita melihat. Cara kita melihat memengaruhi
apa yang kita lakukan, dan apa
yang kita lakukan memengaruhi apa yang kita dapatkan. Ini disebut sebagai model
See-Do-Get.Perubahan yang mendasar
baru akan terjadi ketika ada perubahan cara melihat.
***
Ada cerita menarik mengenai
sepasang suami-istri yang telah bercerai. Suatu hari, Astri, nama wanita ini,
datang ke kantor Roy, mantan suaminya. Saat itu Roy sedang melayani seorang
pelanggan. Melihat Astri menunggu dengan gelisah, pimpinan kantor
menghampirinya dan mengajaknya berbincang-bincang. Si Bos berkata,”Saya begitu
senang, suami Anda bekerja untuk saya. Dia seorang yang sangat berarti dalam
perusahaan kami, begitu penuh perhatian dan baik budinya.” Astri terperangah mendengar pujian si bos, tapi ia
tak berkomentar apa-apa.
Roy ternyata mendengar komentar si bos. Setelah
Astri pergi, ia menjelaskan, “Kami tak hidup bersama lagi sejak 6 bulan lalu,
dan sekarang dia hanya datang menemui saya bila ia membutuhkan tambahan uang
untuk putra kami.”
Beberapa minggu
kemudian telepon berbunyi untuk Roy. Ia mengangkatnya dan berkata, “Baiklah Ma,
kita akan melihat rumah itu bersama setelah jam kerja.” Setelah itu ia menghampiri
bosnya dan berkata, “Astri dan saya telah memutuskan memulai lagi perkawinan
kami. Dia mulai melihat saya secara berbeda tak lama setelah Bapak berbicara
padanya tempo hari.”
Bayangkan, perubahan
drastis terjadi semata-mata karena
perubahan dalam cara melihat. Awalnya, Astri mungkin melihat suaminya sebagai
seorang yang menyebalkan, tapi ternyata di mata orang lain Roy sungguh
menyenangkan. Astrilah yang mengajak rujuk, dan mereka kembali menikmati rumah
tangga yang jauh lebih indah dari sebelumnya.
Segala sesuatu yang kita lakukan
berakar dari cara kita melihat masalah. Karena itu, bila ingin mengubah nasib
secara drastis, kita perlu melakukan revolusi cara berpikir. Stephen Covey
pernah mengatakan: “Kalau Anda
menginginkan perubahan kecil dalam hidup, garaplah perilaku Anda, tapi bila
Anda menginginkan perubahan-perubahan yang besar dan mendasar, garaplah
paradigma Anda.”
Covey benar, perubahan tidak
selalu dimulai dari cara kita melihat (See). Ia bisa juga dimulai dari perilaku
kita (Do). Namun, efeknya sangat berbeda.
***
Anak saya, Alisa yang berusia
empat tahun selalu menolak kalau diberi minyak ikan. Padahal, itu diperlukan
untuk meningkatkan perkembangan otak dan daya tahan tubuhnya. Betapapun kami
membujuknya, ia tetap menolak. Dengan maksud baik, kadang-kadang kami
memaksanya menelan minyak ikan. Ia menangis dan meronta-ronta. Kami memang
berhasil memaksanya, tapi ini bukan sesuatu yang win-win. Kami menang, ia
kalah. Ini pendekatan yang dimulai dengan Do. Kami sadar harus mencari cara lain.
Untungnya, istri saya punya ide
menarik. Ia mulai dengan mengubah paradigma Alisa. Kami tahu Alisa sangat suka
sirup, karena itu minyak ikan tersebut kami aduk dengan air dalam gelas.
Ternyata, ia sangat gembira dan menikmati “sirup” minyak ikan itu. Bahkan, sekarang
ia tak mau mandi sebelum minum “sirup” tersebut.
Contoh sederhana ini
menggambarkan proses perubahan yang bersifat inside-out (dari dalam ke luar).
Perubahan ini bersifat sukarela dan datang dari Alisa sendiri. Jadi, tidak ada
keterpaksaan. Inilah perubahan yang diawali dengan See. Perubahan yang dimulai dengan
Do, bersifat sebaliknya, yaitu outside-in. Perubahan seperti ini sering
disertai penolakan. Jangankan dengan bawahan,
dengan anak kecil seperti Alisa
saja, hal ini sudah bermasalah. Pendekatan hukum bersifat outside-in dan
dimulai dengan Do. Orang tidak korupsi karena takut akan hukumannya, bukan
karena kesadaran. Pada dasarnya orang tersebut belum berubah, karena itu ia
masih mencari celah-celah yang dapat dimanfaatkannya.
Pendekatan SDM berusaha mengubah
cara berpikir orang. Akar korupsi sebenarnya adalah pada cara orang melihat.
Selama jabatan dilihat sebagai kesempatan menumpuk kekayaan, bukannya sebagai
amanah yang harus dipertanggungjawabkan, selama itu pula korupsi tak akan pernah
hilang. Inilah pendekatan inside-out. Memang jauh lebih sulit, tetapi efek yang
dihasilkannya jauh lebih mendasar.
Cara kita melihat masalah
sesungguhnya adalah masalah itu sendiri. Karena itu, untuk mengubah nasib, yang
perlu Anda lakukan Cuma satu: Ubahlah cara Anda melihat masalah. Mulailah
melihat atasan yang otoriter, bawahan yang tak kooperatif, pelanggan yang
cerewet dan pasangan yang mau menang sendiri sebagai tantangan dan rahmat yang
terselubung. Orang-orang ini sangat berjasa bagi Anda karena dapat membuat Anda
lebih kompeten, lebih profesional, lebih arif dan lebih sabar. Saya menyukai
apa yang dikatakan John Gray, pengarang buku Men Are From Mars and Women Are
From Venus. Gray melihat masalah dan kesulitan dengan cara yang berbeda.
Ujarnya,”Semua kesulitan sesungguhnya
merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh.”
0 Komentar